Mei Hua duduk dengan dingin di bangku taman. Ia selalu begitu tiap pagi. Menahun. Membiarkan jari-jari cahaya yang menyelinap lewat celah daun beringin menyisir rambut sebahunya. Meloloskan kaki-kaki cahaya yang menyiram kulitnya dengan bau pagi.
DI taman itu Mei tidak sendiri. Ada belasan orang dengan beragam umur memandikan diri mereka di bawah langit pagi. Sebagian ada yang lebih tertarik bertelanjang kaki dan mencumbukan telapaknya dengan embun yang berbaring di rerumputan. Ada juga yang lebih memilih untuk berdiri di sepanjang koridor. Mengusir kantuk sambil menggigil. Yang lain ada yang tertawa, berbisik pada anggrek, bahkan menari. …baca lebih lanjut