untuk sahabat yang menangisi peti mati ayahnya
dinding hatimu tergenang air
betulkah kawan?
aku merasakannya
ketika air itu tempias di jiwaku
relungkupun becek kepedihan
cucurannya semakin deras
menyusuri pipimu yang gemuk
tatkala kerinduan menatap sampai di sini
aku hanya menakur
melingkarkan lengan di pinggangmu
berusaha teriak:
aku bertakziah
kuatlah…
aku sudah mentitahkan
rembulan dan sahabatnya
juga sang malam
menemanimu bertawakal
kuatlah…
26 april’04
kamar, petojo
Dimuat di [berita/spekan]_19/III/mei/04 edisi khusus