Memaknai Ke-100-an Saung Kata

3 Mei 2007 bukan sebuah hari yang saya anggap penting pada awalnya. Tapi belakangan saya sadar, bahwa hari itu menjadi awal bagaimana proses pekerjaan menulis dalam halaman maya ini terjadi. Dan karenanya, perlu menjadikannya penting.

TIDAK tanggung-tanggung! Tercatat ada 5 buah potong tulisan yang saya baringkan sekaligus pada hari itu: Tuhan Bukan Maha Penulis Skenario, Air Dalam Air, Ujung Pertemuan, Bocah Pemimpi, dan Perihal Aku ke Kamu. Tulisan pertama adalah refleksi saya mengenai Tuhan yang dimuat di majalah Islam moderat, Syir’ah, dan sisanya adalah puisi-puisi cengeng yang lama hanya nongkrong di folder laptop.

Niat membuat blog kala itu hanya iseng, sekedar mengarsipkan tulisan-tulisan yang saya karang. Makanya jangan heran kalau judul awal blognya amat norak: Jiwa, Pemikiran, dan Kegelisahan dalam Oase. Tak ada tendensi untuk mengelolanya secara serius kala itu. Jadi, kalau hari ini Saung Kata sudah mencapai tulisannya yang ke-seratus, saya juga bingung harus berpidato apa. (Emang ada yang minta pidato? Ke-geer-an lo!)

Ya, tulisan sebelum tulisan ini, Mudahnya Berbuat Baik, merupakan tulisan ke-seratus yang saya baringkan di blog yang usianya hampir 2 tahun ini. Banyak hal menarik yang saya alami selama mengelola blog ini dan saya kira sangat sayang kalau dilewatkan begitu saja tanpa menyulapnya menjadi sepotong narasi.

Soal perwajahan, Saung Kata kini berusaha tampil lebih baik, lebih genit. Berbeda ketika di awal-awal saya masih gagap mengatur tata letak blog. Sekarang, fitur-fiturnya juga saya tambahi satu per satu, hingga fitur yang terakhir saya pasang, Pengikut Saung Kata (follower). Sialnya, baru 3 orang yang jadi Pengikut – itu pun karena saya yang minta. Begitu pula dengan iklan yang menggelantung di kepala blog. Walau tidak seberapa pendapatannya, tapi bolehlah buat eksyen sekalian mengharap pembaca mengklik salah satu iklannya agar saya mendapatkan sedikit receh karenanya.

ADA YANG MENGIRA, Saung Kata adalah saya sendiri, dan saya sendiri adalah Saung Kata. Sah-sah saja. Namun bagi saya, itu bisa benar, dan bisa juga keliru. Sama-sama mengandung kebenaran sekaligus kekeliruan. Menjadi demikian, karena apa yang terjadi dalam hidup saya, apa yang berkecamuk dalam pikiran saya, apa yang mengganggu wilayah nyaman saya, dituliskan di blog ini. Tapi itu tidak dengan sertamerta dapat mewakili otensitas pribadi saya yang terdalam. Kadang saya temui bahwa saya sering bersembunyi di balik tulisan-tulisan tersebut. Artinya, kadang saya pun menafikan pesan-pesan yang tersurat maupun yang tersirat dalam tulisan saya.

Tentu tidak semua hal saya tuliskan di sini. Tidak semua hal dari saya perlu dituliskan di sini. Saya takut orang akan lebih terlena membaca saya ketimbang isu-isu yang saya usung. Saya tidak mau larut dalam hingar bingar selebrasi ketokohan yang banyak digandrungi banyak tokoh maupun calon tokoh di negeri ini.

Bicara mengenai jumlah, tercatat tulisan mengenai musik adalah yang terbanyak saya tuliskan di blog ini. Jumlahnya mencapai 28. Kemudian tulisan mengenai curhatan saya dan puisi menyusul dalam jumlah 16 dan 15. Sisanya hanya bentuk-bentuk tulisan yang tidak banyak dalam jumlah, tapi saya rasakan dampaknya yang begitu luar biasa, seperti artikel Tersinggunglah!, Dosen Nonjok Mahasiswi, Mengkritisi Laskar Pelangi, dan Jakarta Kota PKL.

Artikel Tersinggunglah! dan Dosen Nonjok Mahasiswi adalah dua artikel yang paling fenomenal buat saya pribadi. Bagaimana tidak, respon pembaca amat luarbiasa pada kedua artikel ini. Ada yang menghujat, membela, mendukung, sampai memusuhi. Komentar yang dibubuhkan langsung di blog juga terbanyak pada kedua artikel ini. Tersinggunglah! memiliki komentar 21 buah, sedang Dosen Nonjok Mahasiswi mengantungi 28 komentar. Belum lagi ditambah dengan e-mail yang masuk secara pribadi atau yang didiskusikan di milis-milis atau forum-forum.

Saya cukup terkejut manakala tahu bahwa tulisan-tulisan saya ’dibajak’ di banyak forum, blog, maupun website. Awalnya saya sedikit geram karena banyak pula yang mengambilnya tanpa menyebutkan nama dan sumber tulisan. Tapi belakangan saya justru mensyukuri, karena ternyata itu menandakan tulisan saya memiliki nilai guna bagi pembacanya, sehingga dibajak.

Hal-hal mengejutkan lain yang saya temui dari kerja kreatif ini adalah bertambahnya teman baru yang begitu banyak dalam jumlah. Karena saya menulis tentang musik, tak sedikit teman-teman baru yang punya minat musik yang akhirnya menjalin pertemanan dengan saya. Dari yang kirim e-mail menanyakan tentang hal-hal berbau musik yang kadang saya sen diri tidak tahu, SMS untuk sekedar ngobrol, undangan gratis pada konser-konser, sampai yang akhirnya berkarib dengan saya. Bukan itu saja, karena kerja kreatif ini, saya bahkan jadi dikenal oleh banyak orang. Dari orang biasa, pekerja seni, penulis, sampai tokoh pers, artis, pengamat politik, dan musisi. Mereka mengirim e-mail, menyapa di facebook, sampai mengenali wajah saya saat tidak sengaja bertemu.

Saya harap bukan nada sombong yang keluar dari pernyataan di atas, melainkan kerendahanhati untuk berbagi. Membagikan pengalaman dalam pekerjaan menulis di blog yang ternyata tidak kalah dengan media umum dalam hal dampak terhadap masyarakat. Saya ingat bagaimana tulisan saya yang berjudul Pastor Kemalingan, Karyawan Paroki Dipukul Polisi; Kampus Privat; Dosen Nonjok Mahasiswi; Tersinggunglah!; Menanyakan Sikap KOMPAS; Masih Maha-kah Mahasisw a?; dan Maaf Bang, punya dampak cukup luas bagi pembaca. Beberapa tulisan bahkan menjadi satu-satunya informasi yang beredar karena ditutup rapih dari otoritas, misalnya Pastor Kemalingan, Karyawan Paroki Dipukul Polisi dan Dosen Nonjok Mahasiswi.

Proses kerja penulisan di Saung Kata membuat banyak hal positif buat saya pribadi. Selain membuat saya terus menerus dipaksa berpikir, dipaksa kreatif, bertambah teman, saya juga bertambah ilmu. Banyak tulisan yang saya tulis tanpa punya bekal ilmu sebelumnya. Jadi ketika ingin menuliskannya, terpaksalah saya mempelajari berbagai buku terlebih dahulu. Di sinilah saya memperoleh banyak ilmu baru. Jadi ada benarnya juga kalimat provokatif seperti: Menulislah tentang h al yang tidak kamu ketahui!

Terlalu banyak hal baik yang saya temui dari kerja kreatif ini, dan sayangnya, saya tak mampu lukiskan semuanya dalam tulisan ini. Semuanya terlalu ’besar’ untuk dimuntahkan dalam kapasitas menulis saya yang ’kecil’ ini. Terlalu indah, terlalu menyenangkan, terlalu membahagiakan, tapi juga sekaligus terlalu melelahkan, terlalu menyakitkan, dan terlalu menyebalkan. Kurang lebih itulah perasaan yang mengawali ke-100-an saya mengelola Saung Kata.

Saat ini saya boleh sedikit berbangga dan bersyukur, bahwa apa yang saya giati dalam Saung Kata ternyata nyangkut di hati dan pikiran pemba ca. Lewat tulisan ini, Memaknai Ke-100-an Saung Kata, semoga membuat saya sadar bahwa apa yang sudah saya tekuni hingga sekarang lewat kerja menulis ini, membuat saya merasa sayang untuk meninggalkannya. Bahwa saya merasa tidak punya waktu lagi untuk berpikir mundur dari dunia tulis-menulis, dunia aksara, dunia katakata. Sebuah dunia rekaan yang menemukan dan memanggil saya untuk turut berlakon, yang entah sampai kapan.

3 thoughts on “Memaknai Ke-100-an Saung Kata

  1. Selamat bung…Saya juga berterimakasih sama bung Roy yang banyak memberi inspirasi dan dorongan dari tulisan maupun sebagai pribadi…Manstap, terus berkarya Bung, kami masih setia menunggu tulisan ente… mungkin titik berikutnya 500?

  2. Mike,asal lo tahu, produktifitas lo menulis dalam blog juga jadi cambuk semangat buat gw. Gw cuma 100, ga ada apa2 dibanding lo yg jauh lebih bnyk. Hehe..Angka 100 lo mah udah dari kapan2 ya? hehe..500??ngeri juga…. hahaha..Sekali lg, makasih, Mike!

  3. Terimakasih. Aku baru saja mampir, minum dan makan di sudut blog ini, tak mungkin diam-diam saja. Minimal ingin menyapa, salam kenal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *