Menanyakan Sikap KOMPAS

BELAKANGAN ini, di beberapa edisi KOMPAS, ada iklan besar yang terpampang di halaman terdepan dan menutupi setengah halaman. Saya amat terganggu dengan format iklan yang ada di KOMPAS ini. Saya urai kejengkelan itu di bawah:
Dalam ilmu jurnalisme, ada sebuah istilah yang dikenal sebagai ‘pagar api’, yakni garis tipis yang memisahkan berita/artikel dengan iklan secara tegas. Pagar api difungsikan agar pembaca dapat memilah dengan benar, mana yang sifatnya promosi (iklan), mana yang fakta (berita). Konsekuensi dari pagar api sangat jelas, yakni, media dituntut untuk terus bersikap independen, jujur, dan presisi. Dengan mengaburkan batas antara iklan dengan berita, pembaca bisa jadi terkecoh dengan mengira sebuah artikel pesanan (advertorial) sama dengan artikel berita. Surat kabar taraf dunia seperti The New York Times, memiliki pagar api yang jelas untuk menujukkan sikap jurnalistik yang mereka pegang teguh.
Di KOMPAS, pagar api seringkali tidak diperhatikan dengan baik. Iklan dan berita hadir membaur tanpa garis tegas. Kini, dengan hadirnya iklan sebesar itu di halaman depan – yang menutupi setengah wajah KOMPAS (belakangan bahkan hingga menyelimuti halaman belakang) – bukan saja menunjukkan bahwa KOMPAS mulai abai terhadap prinsip dalam jurnalisme, tapi juga menunjukkan bahwa tidak ada lagi ruang sakral yang bisa lepas dari cengkraman bisnis. Hal ini menunjukkan ketidakperhatian KOMPAS dalam menegakkan hal-hal yang (seharusnya) amat prinsipil.
Saya tidak habis pikir suratkabar sebesar KOMPAS mau saja disamakan dengan suratkabar lainnya yang juga menerapkan format iklan macam ini. Sebagai pembaca setia saya mulai meragukan sikap KOMPAS.
Selain itu, ‘iklan selimut’ itu seringkali mengganggu (karena sering terlepas) ketika sedang asik membaca KOMPAS.
KOMPAS…yuhu…masih jadi kompas-kah, penunjuk arah?

2 thoughts on “Menanyakan Sikap KOMPAS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *