I’m Roy Thaniago, a PhD candidate in anthropology, exploring the entanglements of ethnicity and economic life in contemporary urban Indonesia. My research follows the everyday life of a gold trading street in Makassar, where actors across ethnic and religious lines—often framed in opposition by local narratives and historical tensions—forge dense, interdependent relationships through trade.
I’m particularly interested in how economic practices are embedded in social histories, moral obligations, and material cultures. By tracing the movement of gold—its material and symbolic properties—I examine how people navigate risk, trust, and difference in a context shaped by both cooperation and enduring tension. My work engages with long standing anthropological questions about ethnicity, but grounds them in the practical, affective, and moral work of maintaining livelihoods and negotiating boundaries in an urban marketplace.
My broader concern is to understand how people live together—ambivalently, pragmatically, sometimes uneasily—in a world marked by structural inequality and historical antagonism.
Outside academia, I’ve long been drawn to questions of public life. In 2010, I founded Remotivi, a Jakarta-based media research centre, where I deepened my interest in how media and journalism shape political and social life, and their role in democracy and civic engagement. Prior to that, I worked as a music teacher, freelance writer, and editor for ruangrupa’s Jurnal Karbon and Bung! Magazine.
Throughout my career, I’ve had the privilege of working as an editor, researcher, and consultant for a range of organisations, including Hivos, Internews, China Dialogue, The Asia Foundation, Kelola Foundation, Yayasan IPAS Indonesia, the University of Melbourne, and the Indonesian National Human Rights Commission.
I hold a bachelor’s degree in music from Pelita Harapan University, Indonesia, and a master’s degree in media and communication studies from Lund University, Sweden. I’ve also taught in the Communication Departments of the University of Indonesia and Multimedia Nusantara University—experiences that have allowed me to learn at least as much as I’ve taught.
Currently, I am a research assistant at the Albert Hirschman Center on Democracy and pursuing a PhD in anthropology at the Geneva Graduate Institute in Switzerland. In Spring 2025, I’m based at INMIX, a research group at the Universitat Autònoma de Barcelona, as a visiting researcher.
Nama saya Roy Thaniago, kandidat doktor di bidang antropologi yang meneliti keterkaitan antara etnisitas dan kehidupan ekonomi. Dalam penelitian doktoral ini, saya menyelami kehidupan sehari-hari di sebuah jalan perdagangan emas di Makassar, di mana para pelaku ekonomi lintas etnis dan agama—yang sering diposisikan secara berseberangan oleh narasi lokal dan sejarah—membangun hubungan yang erat dan saling bergantung dalam perdagangan.
Saya tertarik tentang bagaimana praktik ekonomi tertanam dalam sejarah, hubungan sosial, dan budaya material. Dengan menelusuri pergerakan emas—baik sifat material maupun simboliknya—saya mengamati bagaimana orang mengelola risiko, membangun kepercayaan, dan menavigasi perbedaan identitas dalam konteks sosial yang rumit: kebutuhan atas kerja sama dalam ketegangan sosial yang terus direproduksi. Secara lebih luas, saya memiliki minat untuk memahami bagaimana orang hidup berdampingan—dengan ketidakpastian, pragmatisme, dan kadang-kadang rasa canggung—di tengah ketimpangan struktural dan sejarah yang antagonistik.
Di luar dunia akademik, saya telah lama tertarik pada persoalan sosial. Pada tahun 2010, saya mendirikan Remotivi, sebuah pusat kajian media berbasis di Jakarta, tempat saya memperdalam minat mengenai peran media dan jurnalisme dalam mempengaruhi kehidupan politik dan sosial. Sebelum di Remotivi, saya sempat bekerja sebagai guru musik, penulis lepas, dan editor bagi dua publikasi terbitan ruangrupa, yaitu Jurnal Karbon dan Majalah Bung!.
Dalam peran yang berbeda—baik sebagai editor, peneliti, maupun konsultan—saya telah mendapat banyak kesempatan untuk bekerja dengan berbagai organisasi. Beberapa di antaranya: Hivos, Internews, China Dialogue, The Asia Foundation, Yayasan Kelola, Yayasan IPAS Indonesia, University of Melbourne, and Komnas HAM.
Latar pendidikan saya gado-gado. Kuliah S1 saya tempuh di jurusan musik Universitas Pelita Harapan, Indonesia, sedangkan S2 saya pada bidang kajian media dan komunikasi di Lund University, Swedia. Selain itu, saya juga pernah mengajar di jurusan komunikasi di dua kampus berbeda, yakni Universitas Indonesia dan Universitas Multimedia Nusantara. Alih-alih mengajar, di dua tempat ini saya malah lebih banyak belajar.
Sejak 2021 saya bekerja sebagai asisten peneliti di Albert Hirschman Center on Democracy, sekaligus menempuh pendidikan doktoral antropologi di Geneva Graduate Institute, Swiss. Pada musim semi 2025 saya menjadi peneliti tamu di kelompok riset INMIX yang berbasis di Universitat Autònoma de Barcelona, Spanyol.